Jumat, 14 Oktober 2011

BATUAN BAUKSIT


Proses Terjadinya
                        Bauksit terbentuk dari batuan yang mengandung unsur Al. Batuan tersebut antara lain nepheline, syenit, granit, andesit, dolerite, gabro, basalt, hornfels, schist, slate, kaolinitic, shale, limestone dan phonolite. Apabila batuan-batuan tersebut mengalami pelapukan, mineral yang mudah larut akan terlarutkan, seperti mineral – mineral alkali, sedangkan mineral – mineral yang tahan akan pelapukan akan terakumulasikan.
                        Bauksit terbentuk dari batuan yang mempunyai kadar alumunium nisbi tinggi, kadar Fe rendah dan tidak atau sedikit mengandung kuarsa (SiO¬2) bebas atau tidak mengandung sama sekali. Bentuknya menyerupai cellular atau tanah liat dan kadang-kadang berstruktur pisolitic. Secara makroskopis bauksit berbentuk amorf. Kekerasan bauksit berkisar antara 1 – 3 skala Mohs dan berat jenis berkisar antara 2,5 – 2,6. . Bauksit dapat ditemukan dalam lapisan mendatar tetapi kedudukannya di kedalaman tertentu.

                        Di daerah tropis, pada kondisi tertentu batuan yang terbentuk dari mineral silikat dan lempung akan terpecah-pecah dan silikanya terpisahkan sedangkan oksida alumunium dan oksida besi terkonsentrasi sebagai residu. Proses ini berlangsung terus dalam waktu yang cukup dan produk pelapukan terhindar dari erosi, akan menghasilkan endapan lateritik.Kandungan alumunium yang tinggi di batuan asal bukan merupakan syarat utama dalam pembentukan bauksit, tetapi yang lebih penting adalah intensitas dan lamanya proses laterisasi.

Kondisi – kondisi utama yang memungkinkan terjadinya endapan bauksit secara optimum adalah ;
1. Adanya batuan yang mudah larut dan menghasilkan batuan sisa yang kaya alumunium
2. Adanya vegetasi dan bakteri yang mempercepat proses pelapukan
3. Porositas batuan yang tinggi, sehingga sirkulasi air berjalan dengan mudah
4. Adanya pergantian musim (cuaca) hujan dan kemarau (kering)
5. Adanya bahan yang tepat untuk pelarutan
6. Relief (bentuk permukaan) yang relatif rata, yang mana memungkinkan terjadinya pergerakan air dengan tingkat erosi minimum
7. Waktu yang cukup untuk terjadinya proses pelapukan
Persebaran bauksit
Di Indonesia bauksit diketemukan di Pulau Bintan dan sekitarnya, Pulau Bangka dan Kalimantan Barat. Sampai saat ini penambangan bauksit di Pulau Bintan satu-satunya yang terbesar di Indonesia. Beberapa tempat antara lain:
  • Sumatera utara          : Kota Pinang (kandungan Al2O3 = 15,05 – 58,10%).
  • Riau                           : P.Bulan, P.Bintan (kandungan SiO2 = 4,9%, Fe2O3 = 10,2%,                         TiO2 = 0,8%, Al2O3 = 54,4%), P.Lobang (kepulauan Riau), P.Kijang (kandungan SiO2 = 2,5%, Fe2O3 = 2,5%, TiO2 = 0,25%, Al2O3 = 61,5%, H2O = 33%),merupakan akhir pelapukan lateritic setempat, selain ditempat tersebut terdapat juga diwilayah lain yaitu, Galang, Wacokek, Tanah Merah,dan daerah searang.
  • Kalimantan Barat      : Tayan Menukung, Sandai, Pantus, Balai Berkuah, Kendawangan dan Munggu Besar.
  • Bangka Belitung       : Sigembir.

Bauksit_large
Gambar bauksit                                          
Produksi bauksit Indonesia pada tahun 1971 adalah 1.237.610 ton sebagian besar di ekspor ke jepang. Endapan bauksit di daerah Bintan ditemukan pada tahun 1924 dan pihak pertama yang memanfaatkannya adalah perusahaan Belanda, NV Nederlansch Indische Bauxiet Exploitatie Maatschapij (NV NIBEM), dari tahun 1935 sampai 1942. Pada tahun 1942 sampai 1945, usaha ini diambil alih Jepang melalui perusahaan Furukawa Co Ltd, dan tahun 1959 usaha ini kembali ditangani NV NIBEM. Setelah tahun 1959, kegiatan pertambangan bauksit di daerah ini diambil alih Pemerintah Republik Indonesia dengan mendirikan PT Pertambangan Bauksit Indonesia (PERBAKI), dan kemudian dilebur menjadi PN Pertambangan Bauksit Indonesia yang berada di lingkungan BPU PERTAMBUN Tahun 1968 bersama-sama dengan BPU PERTAMBUN, PN, PT, dan proyek-proyek lainnya dalam lingkungan BPU PERTAMBUN dilebur ke dalam PN. Aneka Tambang (Persero) yang kemudian menjadi PT. Aneka Tambang .Sebaran bahan galian bauksit (lempung alumina) tersebar secara luas di wilayah Pulau Bintan dan sekitarnya. Bauksit merupakan hasil proses pelapukan dari batuan granit yang merupakan batuan dasar dari P. Bintan, umumnya tersebar pada morfologi dataran sampai dengan landai yang memungkinkan proses pelapukan dapat berlangsung intensif. Berdasarkan data PT. Aneka Tambang membagi kualitas cadangan bauksit menjadi 3 (tiga) kategori A, B dan C.
Kelas Cadangan A ,kandungan Al2O3 > 50% dan SiO2 6 %
Kelas Cadangan B ,kandungan Al2O3  48%-50% dan SiO2  6%-13%
Kelas Cadangan C, kandungan Al2O3 < 48% dan SiO2 < 13%
                        Potensi sebaran bauksit cukup besar terdapat di wilayah Kecamatan Bintan Timur, pada wilayah daratan utama dan pulau-pulau di sekitarnya, merupakan wilayah tambang dan sebagian bekas tambang bauksit. Wilayah yang mempunyai sebaran bauksit cukup luas terdapat di Desa Gunung Lengkuas, Busung, Toapaya dan Ekang Anculai, serta di pulau-pulau yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Bintan Timur Terdapat beberapa wilayah bekas tambang di P. Bintan di antaranya P. Koyang, daerah Wacopek, daerah Tanjung Pinang dan sekitarnya. Daerah tersebut merupakan wilayah bekas tambang bauksit PT. Aneka Tambang, dimana terdapat bijih bauksit tertinggal dengan ketebalan sampai batuan dasar sekitar 40 hingga 50 cm (rata-rata 45 cm), sedangkan bahan galian bijih bauksit sebelum ditambang mempunyai ketebalan 1 - 5 meter. Bekas tambang di daerah Tanjung Pinang Terdapat dan sekitarnya, telah menjadi wilayah perkantoran, perumahan padat penduduk dan pertokoan.
Cara penambangan bauksit
· Perlu melakukan eksplorasi kembali beberapa daerah yang pernah di tambang sampai kedalaman maksimal yang masih mengandung endapan bauksit sehingga daerah tersebut layak tambang mencapai 5 (lima) meter kedalaman.
· Tetap menggunakan metoda yang sama dalam perhitungan cadangan, akan tetapi sumur uji untuk percontohan perlu dirapatkan.
· Perlunya pendistribusian air bersih dari perusahaan kepada masyarakat sekitar tambang, tidak hanya lingkungan kompleks tambang saja.
· Tanah penutup yang kondisinya asam, perlu dilakukan netralisir dengan ditaburi kapur/dolomit sehingga mudah ditanami serta memilih tanaman yang mudah daunnya lapuk.
· Mineral ikutan seperti; Rutil, Zirkon dan lainya dapat dimanfaatkan sebagai nilai tambah untuk dipergunakan dalam keperluan teknologi tinggi.
· Kolam-kolam sedimentasi hanya berfungsi sebagai pengendapan pasir dan lumpur, sedangkan air hasil pencucian yang dibuang kelaut perlu dipantau secara periodik, karena bisa mencemari laut sekitar.
· Penataaan kembali lahan bekas penambangan pasir darat dan granit di wilayah Bintan Timur dan bisa dimanfaatkan sebagai tempat obyek wisata, tempat penampungan air bersih dan kolam ikan darat.
· Agar dilakukan sosialisasi Rencana PenutupanTambang, serta meng antisifasi dampak langsung terhadap masyarakat dan pemerintah daerah.
· Harus kerjasama antar intansi terkait (antara lain Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah) mengenai kondisi tanah agar aman mendirikan bangunan dan tidak membahayakan masyarakat.
Kegunaan bauksit
*Bahan Industri keramik,
* logam,
* abrasive,
* kimia, dan
* metalurgi


Next Prev home

0 komentar:

Posting Komentar

tutorial blogpengobatan tradisional